Tulisan ini hanya tuk sekedar brainstorming tentang suka duka kerja di swasta or BUMN.
Jika kita lihat sekarang betapa tidak seimbangnya antara lowongan pekerjaan dan pencari kerja. pelamar kerja selalu memadati jobsfair atau nampak dari jumlah pelamar pekerjaan. Terakhir untuk BUMN pergerakan pelamarnya sering dalam range 30ribu-50ribu. Sebuah jumlah yang cukup banyak untuk memperebutkan posisi sejumlah 100-300 posisi.
Kenapa jumlah pelamar BUMN lebih banyak daripada swasta?
1. Mungkin masih banyak yang beranggapan bahwa gaji di BUMN lebih besar dari swasta
fakta: ada beberapa perusahaan swasta besar (biasanya Multi National Company) yang memberikan gaji lebih besar dan berlipat daripada BUMN.
Tidak semua BUMN yang ternyata bergaji lumayan, Beberapa BUMN kecil ternyata gajinya juga sangat minim, padahal banyak pekerjanya dari lulusan Universitas Ternama;
2. Mungkin masih ada yang beranggapan bahwa kerja diBUMN lebih safe/terjamin daripada di swasta.
fakta: mungkin ini ada benarnya, karena di BUMN sangat jarang terjadi pemecatan karena jarang ada BUMN dilikwidasi, sementara diswasta bisa kapanpun diPHK. Padahal menurut Tum Desem Waringin, tidak ada posisi yang paling safe dijaman sekarang.
3.Mungkin karena di BUMN kerja bisa lebih santai
Fakta:mungkin memang terkadang karena tidak efisiensinya organisasi di BUMN membuat beberapa job berlebih personalnya sehingga ada pekerjanya yang kerjanya santai dan ongkang-ongkang saja dan juga budaya kerja BUMN masih banyak yang masih kurang bisa menerapkan budaya produktif. Sedangkan diswasta rata-rata organisasinya sangat ramping dan fleksibel. Jam kerja di BUMN juga lebih longgar dari swasta (minimal sesuai dengan dengan jam kerja sesuai Undang-Undang Ketenagakerjaan) sebaliknya di swasta jam kerja sangat ketat dan sangat mengutamakan produktifitas. Banyak kerja overtime bahkan di hari libur.
Fakta:mungkin memang terkadang karena tidak efisiensinya organisasi di BUMN membuat beberapa job berlebih personalnya sehingga ada pekerjanya yang kerjanya santai dan ongkang-ongkang saja dan juga budaya kerja BUMN masih banyak yang masih kurang bisa menerapkan budaya produktif. Sedangkan diswasta rata-rata organisasinya sangat ramping dan fleksibel. Jam kerja di BUMN juga lebih longgar dari swasta (minimal sesuai dengan dengan jam kerja sesuai Undang-Undang Ketenagakerjaan) sebaliknya di swasta jam kerja sangat ketat dan sangat mengutamakan produktifitas. Banyak kerja overtime bahkan di hari libur.
4. .Mungkin karena BUMN memberikan fasilitas /reward lebih banyak/besar
fakta: tidak juga, diswasta bahkan sering memberikan bonus lebih banyak jika perusahaan untung, memberi bonus untuk keluar negeri untuk pekerja berprestasi bahkan fasilitas uang pindah yang lebih besar (uang pindah/biaya mutasiku di BUMN hanya 1/8 uang pindah suamiku yang kerja di Swasta).
fakta: tidak juga, diswasta bahkan sering memberikan bonus lebih banyak jika perusahaan untung, memberi bonus untuk keluar negeri untuk pekerja berprestasi bahkan fasilitas uang pindah yang lebih besar (uang pindah/biaya mutasiku di BUMN hanya 1/8 uang pindah suamiku yang kerja di Swasta).
5. Mungkin karena kerja diswasta cukup berat
Fakta: Ini karena beberapa perusahaan swasta sangat menghargai profesionalitas dalam bekerja. Jabatan tertentu hanya dapat ditempati oleh pekerja yang benar-benar memenuhi syarat. Di BUMN terkadang masih ada subyektifitas dalam penilaian kinerja sehingga menyebabkan kinerja menurun dan akhirnya tidak ada upaya untuk mengejar target dan melakukan pekerjaan secara profesional.
Antara bekerja di swasta dan BUMN pasti ada kelebihan dan kekurangannya. Namun semua ada kelebihan masing-masing, terserah menyepakatinya atau tidak.
Moga-moga bisa buat renungan bagi yang mau menentukn pilihan dalam bekerja.
Kalo ada yang kurang terima/tidak setuju, silahkan. Ini hanya pandangan pribadi saya yang mungkin cukup banyak subyektifitasnya (apalagi ini bersumber dari pengalaman pribadi saya dan suami dan beberapa teman yang lain).
Moga-moga bisa buat renungan bagi yang mau menentukn pilihan dalam bekerja.
Kalo ada yang kurang terima/tidak setuju, silahkan. Ini hanya pandangan pribadi saya yang mungkin cukup banyak subyektifitasnya (apalagi ini bersumber dari pengalaman pribadi saya dan suami dan beberapa teman yang lain).